“Selamat pulang pa..”
“Makasih sayang.. ada apa sih? Kok ceria amat kayanya..”
“Hihihi.. sini deh aku bisikin”
…
…
“Pa… Sonya bakal jadi ibu”
Part 5 Kegilaan Berlanjut
“Y-yang b-benar sayang?” Kataku terkejut.
“Iya.. pah… nih coba pegang perut Sonya.. gede kan pa?” aku memegang perutnya. Buncit?? Sejak kapan?? tubuhku terasa bergetar.
“gede kan pa??” dan kurasa tubuhku semakin berguncang.
“pa…..”
“pa……… papa…”
“pa, bangun pa… udah pagi….” Perlahan semua menjadi terang, aku
terjaga, ku lihat putriku berada di sisiku mengguncang-guncang tubuhku
untuk membangunkanku.
“Akhirnya… bangun juga, susah amat nih bangunin papa.. gara-gara kecapekan main tadi malam yah pa? hihi..” godanya.
“Hmmm… sayang.. udah lama kamu bangunnya?? Hoooaammmh..” Aku masih
mengantuk berat, mungkin karena permainan kami tadi malam. Tunggu dulu,
kejadian barusan itu mimpi? Berarti dia belum hamil? Aku coba
memperhatikan tubuhnya terutama bagian perutnya memastikan kalau yang ku
lihat tadi memang benar sebuah mimpi, dan ternyata memang benar sebuah
mimpi. Dia belum hamil, syukurlah.
“Napa pa? liatin badan Sonya kaya gitu? Hmm.. papa nafsu yah?”
godanya. Selepas melakukannya tadi malam kami memang melanjutkan tidur
tanpa mengenakan pakaian, sehingga kini aku dan dia sama-sama bugil.
“Siapa sih yang gak nafsu liatin kamu kaya gini?” Aku sengaja tidak
memberitahukannya tentang mimpiku dan apa yang ku pikirkkan barusan.
“Dasar.. mesum” katanya manja sambil merobohkan diri di atasku dan
memelukku. Pagi itu kami melakukannya lagi, persetubuhan terlarang
antara ayah dan anak kandung hingga akhirnya kami harus berhenti karena
kami punya kegiatan masing-masing. Dia harus ke sekolah sedangkan aku
masih punya perkerjaan di kantor.
“Sayang.. mau papa antar gak?” tanyaku padanya saat kami asik menikmati sarapan.
“Hmm.. tumben, tapi boleh tuh, lagian Sonya juga lagi malas bawa motor”
setujunya. Setelah itu kamipun berangkat menggunakan mobilku,
mengantarnya ke sekolahnya terlebih dahulu sebelum menuju kantorku.
“Ih.. papa tangannya kemana tuh? Bukannya ke perseneling malah ke paha Sonya..”
“gak papa dong.. hehe”
“ihh.. mesum” katanya namun tetap mengabulkan permintaanku mengangkat
rok smanya hingga ke pangkal pahanya memperlihatkan pahanya yang mulus.
“Tapi tetap hati-hati nyetirnya pa.. jangan keenakan gitu.. hihi”
“iya-iya..” kataku tetap berusaha fokus sambil asik sesekali mengelus pahanya yang putih mulus menggoda.
“mesum ih, apa lagi nih permintaan mesum papa yang lain?” katanya menggoda.
“hehe.. apa yah sayang, gini deh.. sekolah kamu kan masih jauh nih, kamu telanjang dong..hehe” pintaku mesum kepadanya.
“hah? Telanjang? Di dalam mobil gini?? Gak ah.. ntar ada yang liat bisa brabe..”katanya berusaha menolak permintaanku.
“Gak bakal nampak dari luar kok sayang… “ Memang seluruh jendela
ataupun kaca mobil dilengkapi dengan kaca film gelap yang cukup tebal
sehingga tidak akan kelihatan dalam mobil dari luar, kecuali harus
mengintip dengan menempelkan hidung agar dapat melihat ke dalam.
“mau yaahh??”
“Ih.. aneh-aneh aja nih maunya... iya deh..” dia akhirnya mulai membuka
seragamnya yang tadi sudah rapi melekat di tubuhnya. Dia mulai dari
membuka kancing kemejanya satu demi satu.
“hmm.. beneran gak nampak dari luar kan pa?” tanyanya meminta kepastian lagi.
“Iya.. gak bakal nampak kok, kecuali orang itu ngintip, tapi siapa juga
yang bakal ngintip, mobil kan lagi jalan” sepertinya dia masih cemas,
aku juga merasakan demikian. Tentu saja, walaupun tidak kelihatan dari
luar, tapi kan tetap saja ini di tengah jalan yang ramai kendaraan, tapi
justru itu yang membuat aku semakin merasa gak karuan. Dia akhirnya
menarik kemejanya sehingga kini hanya menyisakan branya.
“branya juga dong sayang.. cepetan dong.. ntar keburu sampai nih ke sekolah kamu”
“iya.. tapi deg-deg kan banget nih pa” katanya. Dia lanjutkan
melepaskan branya, kemudian membuka rok smanya dan menariknya ke bawah.
Kini dia tinggal mengenakan celana dalamnya saja. Tapi mobil kami sampai
ke lampu merah, membuat darahku dan Sonya makin berdesir karenanya.
Disekitar mobil kami banyak kendaraan lainnya dan disini anak gadisku
hampir telanjang. Bahkan tepat di samping pintu tempat duduk Sonya ini
ada pengendara motor yang berhenti, kalau saja dia mengintip tentu akan
terlihat bagaimana keadaan Sonya ini. Lampu merah masih menunjukkan
angka mundur 100, masih cukup lama.
“Sayang, itu celana dalam kamu masih ada tuh.. buka juga dong..”
“Ihh.. iya deh, Sonya buka” katanya segera mengangkat pinggulnya dari
tempat duduk dan menarik celana dalamnya, akhirnya kini dia sudah
telanjang bulat di dalam mobil.
“Sayang, papa mau ngerokok nih, jendelanya papa buka yah.. biar asapnya keluar” kataku.
“Hah?? Jangan pa, papa ngerokoknya ntar aja abis antarin Sonya” jawabnya.
“Dikit aja kok sayang.. lagian kan di jendela papa, bukan jendela sebelahmu.. gak apa kan??”
“bodo..” katanya dengan wajah bete. aku kemudian menekan tombol untuk
menurunkan kaca jendela, sehingga kini jendela di sampingku sedikit
turun, sekitar seperempatnya.
“Udah hijau pah” katanya memberi tahuku. Aku lihat kedepan ternyata
lampu memang sudah hijau, namun ku iseng menekan kembali tombol untuk
menurunkan kaca jendela di sebelahku sehingga kini lebih dari
setengahnya terbuka, lalu ku injak gas pedal.
“Ih.. pa kok d buka segitu sih.. turunin dong.. kalau gitu kan bisa nampak sama orang-orang”
“gak nampak kok kalau gak ada yang ngelihat ke sini, hehe..” mobil kami
terus berjalan melewati jalanan yang semakin ramai ke arah sekolahnya.
Aku kini bahkan membuka seluruhnya jendela di sebelahku namun jendela di
sebelah Sonya masih aku biarkan saja tertutup. Aku pikir begini saja
sudah sangat nekat dan sangat membuatku deg-degkan.
Ketika hampir tiba disekolahnya aku naikkan kembali kaca mobil
disampingku namun Sonya belum ku perkenankan memakai kembali seragamnya.
Kuberhentikan mobilku di dekat gerbang sekolahnya.
“Sayang.. kita gituan yukk.. hehe” pintaku.
“hah?? Disini? Ini udah sampai di depan sekolah Sonya loh pa?? lagian ntar dandanan Sonya jadi kusut lagi”
“Bentar aja kok sayang.. 3 menit cukup, papa udah nahan dari tadi nih, bentar juga keluar.. hehe” pintaku lagi.
“hmm.. iya deh.. cepetan yah pa.. ntar bel masuk keburu bunyi lagi..”
katanya menyetujui. Akupun menyetubuhinya disana, diatas mobilku yang
terparkir di dekat gerbang sekolahnya, dimana dia masih telanjang bulat
sedangkan aku hanya mengenakan atasan. Mobilku bergoyan-goyang karena
aksi kami, tentu saja sedikit mencurigakan mobil berkaca gelap terparkir
disana dan bergoyang-goyang. Anak-anak sma tampak ramai menuju pintu
gerbang tersebut melewati mobilku. Jika mereka penasaran, mereka bisa
saja mengintip ke dalam, untung saja tidak ada yang melakukannya.
Benar-benar keadaan yang membuat jantungku berdegub kencang, pastinya
Sonya juga merasakan hal yang sama.
“Hmm.. sayang, papa sampai..” kataku yang sudah tidak tahan.
“Iya pa.. keluarin aja di dalam” katanya, namun aku punya ide lain.
“Sayang, papa semprotin ke rambut kamu yah??” pintaku.
“ih.. gak ah.. ada-ada aja, masa ke rambut Sonya, ntar lengket-lengket kan.. lagian pake apa mau dibersihkan?”
“Kamu jalan aja cepat-cepat ke toilet.. hehe, bersihkan disana, lama dikit bersihinnya gak papa lah.. mau ya??” pintaku lagi.
“ ihh.. ya udah deh.. dasar mesum” katanya berusaha menjongkok ke bawah
jok, aku sendiri sedikit berdiri di atas jok supaya penisku tepat
berada diatas rambutnya.
“Hmpph.. sayang papa keluar..”
“Crooot.. crooot” Spermaku memancar mengenai rambutnya, menggumpal
disana. Terlihat beberapa tetes turun sehingga makin luas area rambutnya
yang tergenang spermaku.
“Ih.. dasar.. jorok, piktor..” katanya dengan wajah yang
dicemberut-cemberutkan, membuat wajahnya tampak imut menggemaskan.
Akhirnya dia dengan cepat mengenakan seragamnya kembali, merapikan
seragamnya dengan rambut yang sedikit kusut karena ulahku barusan. Aku
iseng mengambil celana dalamnya dan menyuruhnya masuk ke sekolah tanpa
mengenakan celana dalam.
“Nanti siang papa jemput ya sayang..” katanya yang telah turun dari mobil dan akan menutup pintu.
“Iya pa.. Sonya masuk dulu yah..” pintupun tertutup dan dia segera
bergegas masuk kedalam sekolah karena takut bila ketahuan bahwa di atas
rambutnya ada ceceran sperma, sambil menjauh dari mobilku sesekali dia
menoleh ke belakang melihatku sambil tersenyum manis. Sejenak aku
perhatikan dia sebelum aku jalankan mobilku. Dia terlihat risih dengan
rambut kena sperma dan tanpa menggunakan celana dalam di balik rok sma
nya.
Tidak lama setelah dia melewati gerbang depan,ada beberapa perempuan
yang mendekatinya, sepertinya itu teman-temannya. Namun Sonya berusaha
menghindar dan sedikit berlari, entah apa yang dia katakan pada
teman-temannya tersebut, karena sepertinya teman-temannya sudah
menyadari ada cairan putih diatas rambutnya. Setelah itu kembali ada
seorang cowok yang mendekatinya, ku perhatikan sejenak cowok itu, itu
Rahman, pacar anakku. Kali ini juga Sonya berusaha menghindar darinya.
Tentu saja.. kalau sampai ketahuan di atas rambutnya ada ceceran sperma,
entah apa yang akan dipikirkan teman-teman dan pacarnya itu. Kini dia
sudah hilang dari padanganku, ku lajukan mobilku menuju kantorku.
Beberapa saat setelah itu ada sms masuk, ku perhatikan bahwa Sonya yang
mengirim sms itu, ku ambil hpku dan kubaca isi smsnya.
“Ih, tu kan pa.. hampir ketahuan tadi tuh.. tadi juga repot banget tuh
bersihin pejunya papa.. lengket-lengket..” aku tertawa membaca isi
smsnya dan ku balas smsnya.
“Hehe.. gak papa sayang.. ayo sana belajar yang rajin.. muachhh :*” isi balas smsku. Tidak lama datang balasannya.
“Muach juga papa ku :*”
**
**
Siangnya aku kembali menjemput Sonya dari sekolahnya. Sesampainya disana ku lihat Sonya sudah menunggu di depan gerbang.
“Lama amat sih pa? cape nungguin dari tadi”
“Iya.. iya.. sorry sayang.. jalanan rame.. oh ya, kali ini kamu yang bawa ya..”
“ha?? Kok tumben malah nyuruh Sonya yang bawa, biasanya Sonya gak dibolehin karena gak punya sim..”
“Kali ini boleh kok sayang.. hehe”
“Ih.. aneh, pasti papa ada maunya nih..” akhirnya kini dia yang
menyetir mobil sedangkan aku duduk disebelahnya. Awal-awal tidak ada hal
aneh yang ku lakukan padanya, namun lama-lama mulai juga keisenganku.
“Ih.. pa, apa-apan sih..” katanya yang mana aku sedang meraba-raba badannya yang masih berpakain lengkap itu.
“Fokus aja nyetirnya sayang.. ntar ketabrak loh..” kataku tertawa mesum.
“Iya… tapi.. geli pa.. risih nih.. papa ngapain sih”
“Sayang.. buka seragam kamu ya.. biar papa bantu, kamu tetap aja fokus
nyetirnya” aku mulai membuka kancing bajunya, kemudian mulai melepaskan
pakaian di tubuhnya hingga telanjang. Itu semua aku lakukan saat dia
sedang fokus menyetir, tentu saja tidak bisa ngebut saat aku melepaskan
pakaiannya.
“Dasar.. ada ada aja nih..” akhirnya kini dia berkendara sambil
telanjang, yang mana kadang aku iseng meraba-raba badannya saat dia
fokus menyetir. Bahkan saat dia menyetir aku membuka celanaku dan
menaikkan badanku berdiri diatas jok dan menyuruhnya mengulum penisku.
Jadilah aku menyetubuhi mulutnya namun dengan dia masih dengan pandangan
lurus ke depan fokus nyetir hingga kami sampai di rumah. Benar-benar
gila.
Malam harinya sebelum tidur kami bersetubuh lagi. Aku masih takut untuk
kembali mengeluarkannya di dalam karena aku khawatir apa jadinya kalau
dia hamil, sehingga untuk sekian kali aku hanya mengeluarkannya di perut
anakku. Sonya sepertinya merasakan sesuatu, dia seperti membaca
pikiranku.
“Kenapa pa?”
“Papa takut kamu hamil…” Dia tersenyum mendengar omonganku.
“Kalau papa ingin punya anak dari Sonya, gak papa kok pa..”
“Tapi kan kamu masih SMA, terus nanti gimana dengan sekolahmu? Terus apa kata orang liat kamu hamil gini tapi belum nikah?”
“Gak usah mikirin apa kata orang pa. Biar ini kita berdua aja yang
merasakan karena kita yang mengalaminya, bukan mereka, jadi papa gak
usah khawatir kalau nanti Sonya hamil, dan juga Sonya rela berhenti
sekolah dan melayani papa layaknya seorang istri seutuhnya. Apa papa
keberatan?” tanya Sonya menatap lurus ke dalam mataku, meyakinkanku
bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“kamu yakin sayang?” tanyaku balik padanya. Dia membalas dengan
anggukan disertai senyuman manisnya. Kini kudapatkan keyakinan itu, aku
tidak gusar lagi memikirkan masalah kehamilannya kelak setelah
mendapatkan persetujuan darinya seperti itu karena di satu sisi aku
ingin mempunyai anak darinya, putriku sendiri.
“Jadi gimana pa, mau lanjut gak??” tanyanya lagi dengan gaya imut khasnya itu.
“oke.. siapa takut”
“sampai hamil ya pa.. gak usah takut takut lagi hamilin putri papa ini.
Sonya siap kok mengandung anak dari papa sendiri.. hihi” pintanya
menggoda gairahku lagi yang tadi sempat turun.
“Dasar kamu.. awas, ntar papa bikin kamu gak bisa jalan baru tahu rasa kamu..”
“Hihihi.. mau dong.. suka-suka papa deh.. ” godanya lagi. Aku semakin
tidak tahan, akhirnya dia ku libas kembali siang itu, menyetubuhinya
sesuka hatiku sepanjang sisa malam tersebut namun mulai malam itu dan
seterusnya aku tidak ragu lagi untuk mengeluarkannya di dalam rahimnya.
Semakin hari aku merasa ingin sesuatu yang lebih, memuaskan nafsu serta
fantasi sex kami yang semakin gila dan menjadi-jadi. Aku merasa ingin
melakukan hal gila dengannya lagi yang belum pernah kami lakukan
sebelumnya, setan incest benar-benar telah menguasai kami. Beberapa hari
kemudian, hari minggu siang, aku hanya menghabiskan waktuku menonton
televisi.
“Pa…” tiba-tiba Sonya datang menemuiku, dia mengenakan pakaian yang biasa dia kenakan di rumah, baju kaos dan celana pendek.
“Ya sayang??”
“hmmmm…” Dia seperti ingin menyampaikan sesuatu, namun sepertinya dia malu untuk mengatakannya.
“ada apa sih?”
“hmmm… pa”
“iya..ngomong aja sayang..”
“gak bosan nih pa?” aku paham maksudnya. Dia ingin aku melakukan hal mesum padanya lagi.
“bosan?? Gak tuh…” aku mencoba menggodanya terlebih dahulu,
memancingnya dan membuatnya memohon padaku untuk ku lakukan hal mesum
padanya.
“Ihh… pa…”
“Apa sih sayang??” Dia mendekat kepadaku dan menarik tanganku, seperti
ingin menarikku beranjak dari kursi yang dari tadi cuma asik menonton
tv.
“….” Dia hanya terdiam, tidak tahu apa yang ingin diungkapkannya.
“kamu ngomong dong.. mana papa tau kamu maunya apa..” kataku semakin menggoda dan memancingnya.
“Pliss lakuin hal mesum pada Sonya lagi pa!! Sonya mau lebih pa.. Sonya
gak tau kenapa Sonya jadi merasa begini..” Pintanya dengan suara
lantang kepadaku. Ya.. anakku kini seperti budak seks saja, yang meminta
hal liar dan mesum untuk dilakukan padanya, sama dengan yang terjadi
dengan ibunya dulu yang kini entah dimana rimbanya.
“Pliss pa.. lakukan hal mesum lagi ke Sonya.. yang lebih liar pa… Sonya
mohon, Sonya budaknya papa” Dia meracau seperti orang gila. Aku dan
anak gadisku kini sudah semakin gila, tidak mempedulikan batas-batas dan
norma lagi. Di luar, kami mungkin kelihatan seperti bapak anak yang
sangat bahagia, tapi di dalam rumah aku memperlakukan Sonya sebagai
pemuas nafsuku.
“Kali ini Papa turutin deh.. bentar” Aku meninggalkannya sebentar dan
kembali membawa sebuah kalung anjing dan rantainya. Aku kalungkan kalung
itu di lehernya dan memegang rantai itu ditanganku.
“Kamu jadi anjing papa yang baik ya hari ini.. itu mau kamu kan?”
“Hihi.. iya pa..” katanya sambil tersenyum dengan imutnya. Rasanya
bertolak belakang sekali wajahnya yang imut itu dengan kondisinya yang
dirantai anjing ini sekarang. Sebuah sisi Sonya yang tidak pernah
diketahui teman-temannya dan orang-orang disekitar kami. Seorang ayah
yang menjadikan anak gadisnya yang begitu cantik dan imut sebagai budak
seksnya.
“Ngomongnya jangan gitu dong..”
“Ouppss.. sorry pah.. guk guk.. waw.. waw.. hihi”
“Dasar kamu.. yuk jalan-jalan..” ajakku menarik rantai itu membuatnya
jadi ikut tertarik. Kamipun berkeliling di dalam rumah dengan kondisi
Sonya yang seperti itu. Aku juga sesekali menyuruhnya perintah-perintah
layaknya seekor anjing seperti berguling dan lain-lain, yang anehnya
dilakukannya dengan suka rela.
**
**
PART 6 FINAL
Delapan bulan kemudian..
“Pa.. sentuh deh.. ” kata Sonya meletakkan tanganku ke perutnya yang
buncit. Ku rasakan ada yang bergerak dalam perut anak gadisku ini, ya
bayi kami. Sonya akhirnya mengandung anakku.
“Kerasa kan Pa?” tanya Sonya dengan senyum penuh bahagia, ku balas juga dengan senyumku.
“Mau berapa anak pa dari Sonya? Dua? Tiga? Berapapun Papa mau deh pokoknya.. Hihihi..”
“Dasar kamu ini..” Kataku gemas menghimpit dirinya.
“Awh.. duh Pa.. pelan-pelan.. ntar kegencet adek bayinya.. rese ah..”
kata Sonya khawatir. Aku ciumi wajah dan bibirnya sambil mengelus-ngelus
perut buncitnya saking gemasnya. Ternyata setelah hamil penampilan
Sonya malah membuatku semakin bernafsu. Tubuh mungilnya dengan perut
membuncit itu betul-betul membangkitkan gairahku. Kini, meskipun dia
telah hamil delapan bulan aku masih menyetubuhinya.
“Mau masukin sekarang Pa?”
“Hehe.. ayuk..”
“Huh.. Papa mesum, Sonya udah hamil gede gini masih juga dientotin..”
“Kamu sih, hamil gini malah makin hot aja..”
“Haha.. gak apa kok, lakuin aja sesuka Papa..”
Aku mulai memasuki penisku ke vaginanya, sungguh berbeda rasanya
bersetubuh dengan wainta hamil, terlebih wanita itu anak gadisku yang
sedang mengandung anakku sendiri. Terasa ujung penisku menyentuh sesuatu
di sana.
“Pa.. ngghh.. enak Pa.. terusin.. yang dalam.. setubuhi anakmu ini Pa.. anak kandungmu sendiri ini”
“Ya.. sayang.. ough… kamu memang anak gadis Papa yang paling cantik.. terima penis Papa sayang.. aggh..”
“Nggmmhh…”
“Ougghh.. nnggmmhh..”
Tubuh kami berkeringat karena saking panasnya suasana ini. Wajah kami
sama-sama sudah memerah karena kenikmatan. Tubuh anakku malah terlihat
semakin menggoda dengan butiran-butiran keringat di badannya terlebih
pada perut buncitnya itu. Sonya yang menyadari aku memandang nafsu
padanya malah tersenyum-senyum manis padaku yang membuat aku makin
birahi pada dirinya. Setelah sekian lama menggenjot vaginanya akhirnya
aku pun tidak tahan menahan laju spermaku.
“Sayang.. Papa oughh.. keluar..”
“Iya.. Pa.. barengan yukk.. aghh.. aaaahhh…”
“crooot.. crroott” berkali-kali spermaku menembak masuk ke vagina anak
gadisku, menyirami rahimnya yang sedang hamil anakku ini. Akupun rubuh
tak berdaya di sampingnya, sungguh nikmat sekali rasanya sensasi ini.
“Ihh.. Papa.. keluar di dalam, ntar adek bayinya marah lho kebanjiran..”
“Hehe.. bisa-bisa aja kamu..” kataku mencubit hidungnya gemas. Kami beristirahat sejenak sebelum memulai ronde berikutnya.
“Udah selesai Pa? atau… mau lanjutin lewat lubang belakang?”
“Hehe.. boleh tuh..”
Ronde berikutnya dimulai, kali ini lubang anusnya yang akan menjadi
sasaran kenikmatan penisku. Sonya mengambil posisi menungging
membelakangiku, memperlihatkan lubang vagina dan anusnya yang begitu
menggoda. Perut buncitnya tampak menggantung dengan posisi seperti itu.
Aku lalu melanjutkan menyetubuhinya lewat belakang, ini juga sebuah
sensasi yang begitu luar biasa bagiku, menggenjot anusnya ketika dia
hamil. Kami akhirnya menghabiskan malam itu dengan bercinta penuh
kemesraan berdua. Menikmati masa-masa indah kami yang hanya kami berdua
yang tahu.
Aku akhirnya hidup bahagia dengan Sonya, sebuah kebahagiaan yang aku
dapatkan ternyata berasal dari anakku sendiri. Sungguh aneh memang,
dahulu istriku mengkhianatiku dengan anakku sendiri. Kini aku melakukan
hal yang sama dengan anak gadisku sendiri hingga akhirnya ia pun hamil
anakku. Ya.. tapi pada akhirnya aku menikmati semua ini. Aku pikir
inilah takdir keluarga kami.
Sonya kini menjadi layaknya istriku, ia tidak meneruskan lagi
sekolahnya dan melayaniku seutuhnya menjadi ibu rumah tangga yang baik.
Meski begitu, kadang sesekali timbul kegilaanku memperlakukannya seperti
budak seksku meskipun dia sedang hamil begini, tapi Sonya menikmatinya.
Sonya akhirnya melahirkan sebulan kemudian, anak perempuan yang cantik
secantik ibunya, Renata namanya. Kami membesarkan Renata dengan baik dan
penuh kasih sayang, meyakinkan Renata bahwa aku adalah ayahnya dan
bukanlah kakeknya.
Dua belas tahun telah berlalu, aku pikir kegilaan kami ini sudah
berakhir. Ternyata kini aku sedang menikmati sosok mungil dibawaku.
Bukan lagi Sonya, tapi Renata anakku yang sekaligus cucuku.
“Pa.. nggghh… aagghh.. pelan-pelan, punya Papa gede..” rengek Renata manja.
“Arrggh.. iya sayang, bukan punya Papa yang gede, tapi punya kamu yang kesempitan..”
“Papa keluar sayang.. keluarin di dalam yah?” pintaku.
“Ihh.. ntar lengket-lengket Pa..” kata Renata mencoba menolak. Tapi aku
tidak peduli, ku tetap menggenjot vaginanya hingga akhirnya ku
tumpahkan semuanya di sana.
“Ahh.. makasih sayang.. enak banget”
“Papa sih nakal, aku masih umur segini dientotin, ntar kalau Rena hamil
gimana sekolah Rena? Iya gak Ma?” tanya Renata pada mamanya Sonya yang
juga ada di sana.
“Iya.. Papa kamu ini emang nakal, yuk kita kasih Papa pelajaran biar
tahu rasa dia..” kata Sonya sambil mendorong tubuhku hingga terlentang
ke ranjang lalu menciumiku dengan buas.
“Hihi.. ayukk..” Renata pun ikut-ikutan memegangi tanganku membuatku tak berkutik.
“Ntar giliran lubang pantat Rena ya Pa.. hihi.. gak apa kan ma?” pinta Renata.
“Iya.. tapi habis mama yah..” kata Sonya.
“Sip, oce mah..” setuju Renata.
Aku akhirnya dikeroyok mereka lagi untuk kesekian kalinya, oleh anak
gadis dan cucuku sendiri. Menggenjot vagina dan anus mereka bergantian.
Yang paling luar biasa tentunya saat menggenjot lubang anus Renata yang
masih luar biasa sempit, yang seakan menyedot dan meremas batang penisku
kuat-kuat. Tubuh mungil khas anak remaja yang baru tumbuh,
jeritan-jeritan manjanya, serta mengetahui bahwa yang sedang aku genjot
anusnya dalam posisi menungging ini adalah cucu sekaligus anakku
membuatku semakin tidak tahan, hingga akhirnya ku tumpahkan spermaku ke
mulut Sonya yang sejak tadi mendampingi Renata yang aku entotin lubang
pantatnya itu.
“Ma.. Rena minta juga dong, itunya…” rengek Rena sambil merangkak
mendekati mamanya, agar ia juga diberikan sperma yg tertampung di dalam
mulut Sonya.
“Kasih dong ma.. kasian tuh, Rena keliatannya kepingin banget..” ujarku.
Segera Sonya bangkit dari posisi telentangnya, seraya memberi isyarat
agar Rena membuka mulutnya.
“Ayo sayang buka mulut kamu..katanya minta..” suruhku, yang segera
dituruti oleh Rena dengan membuka mulutnya lebar-lebar. “Glup, glup,”
cairan putih kental dari mulut Sonya sebagian berpindah ke mulut anaknya
itu, kapasitas mulutnya yg mungil membuat pipinya tampak mengembung
menampung spermaku yg telah bercampur dengan air liur mamanya.
“Glek,” akhirnya berpindahlah cairan kental dalam mulut gadis cilik itu kedalam lambungnya.
“Enak yah sayang?” tanya Sonya pada anaknya itu.
“Enak ma.. sedaaaappp… ” ujar Renata dengan senyum imutnya sambil mengacungkan jempol.
“Ayo… Bilang apa dong sama mama?” tanyaku pada Renata.
“Makasih yah mah.. udah memberikan peju papa kepada Rena…”
“Iya… sama-sama sayang, aduh… Mama jadi gak puas nih, cuma dapet separuh..tapi gak apa deh, demi kamu” ujar Sonya.
“Kamu juga bilang apa dong sama papa?” ujar Sonya kepada anaknya itu.
“Terima kasih ya pa...” ucap renata begitu sopannya.
“Terima kasih untuk apa sayang?” tanya Sonya lagi.
“Terima kasih udah ngentotin lubang pantat Rena.. hihihi”
“Iya.. sama-sama sayang” jawabku sambil mengelus-ngelus lembut kepalanya.
“Sempit kan Pa? sempitan mana dari punya mama?” goda Renata.
“Iya, sempit banget, sempitan punya kamu dong…” jawabku yang langsung
dibalas dengan cubitan Sonya ke pinggangku. Kamipun tertawa bersama.
"Ya udah, sekarang kamu bobo.. udah malam nih sayang... besok kamu sekolah kan?" suruh Sonya pada putrinya itu.
"Oce Ma... tapi Pa, besok sebelum pergi sekolah entotin Rena lagi yah Pa.." pinta Renata manja.
"Iya iya" jawabku.
"Jangan lupa lubang belakang dientotin juga" kata Renata lagi sambil berbisik menggoda, membuat aku semakin gemas saja.
"Hihihi, kamu ini.. udah sana bobo.. Papa udah capek itu dari tadi ngentotin kita terus" ujar Sonya.
“Iya deh.. tapi sebelum bobo Rena boleh nyanyi nggak?” ujar renata yg
saat itu berbaring dengan posisinya berada diantara aku dan sonya.
“Emang kamu mau nyanyi apa sih sayang?” tanya Sonya.
“Nyanyi pok ame-ame mah..”
“Hmm? Coba mama dan papa mau dengar...”
“Pok ame ame belalang kupu kupu..siang makan nasi kalo malam minum peju…
hihihi” senandung Renata dengan suara khasnya, suara anak umur dua
belas tahun yang sedang imut-imutnya.
“Hihihi… ih, dasar kamu anak nakal..” ujar Sonya sambil mencubit pipi
kiri anaknya itu. Aku juga ikut-ikutan mencubit pipi sebelah kanannya,
membuat pipinya jadi tertarik-tarik oleh kami.
“Eh, ada lagi nih ma..”
“Ada lagi? Lagu apa?”
“Lagu satu satu aku sayang ibu”
“Coba kamu nyanyiin...”
“Satu satu aku ngentot ibu, dua dua juga ngentot ayah, tiga tiga ngentot
adik kakak, satu dua tiga ngentot semuanya… ih, sayang sih rena enggak
punya kakak dan adik, coba kalo punya, pasti udah rena ajak ngentot deh.
Kan ntar Papa, kakak sama adik bisa entotin Rena rame-rame… hihihi”
“Ih, dasar kamu, nakal banget sih..” gemas sonya, kali ini Sonya
menghimpit tubuh mungil Rena dan menggelitik-gelitik tubuh anaknya itu,
membuat Rena teriak-teriak kegelian meminta ampun. Aku sendiri hanya
tersenyum melihat tingkah mereka berdua, Sonya dan Renata, putri dan
cucuku itu.
“Eh, tunggu dulu ma.. nanti kalau Rena hamil terus punya anak, kalo anaknya cowok boleh ngentotin Rena yah ma?” tanya Rena.
“Iya boleh… dan boleh ngentotin mama juga.. dan kalo anaknya cewek, biar
dientotin sama papa, iya enggak pa?” tanya Sonya melirik ke arahku.
“Tentu dong sayang..” jawabku. Takdir memang gila, entah sampai kapan
kegilaan ini berlanjut. Ah.. ya sudahlah, kunikmati saja apa yang akan
terjadi.
obat pembesar penis herbal klg
BalasHapus